Minggu, 14 Agustus 2011

pengertian nuansa agamis/

Pengertian Nuansa Agamis
Pengertian nuansa Agamis tidak lepas dari pembiasaan perilaku dalam kehidupan sehari-hari baik di rumah, di sekolah maupun di ligkungan tempat-tempat tinggalnya selalu menunjukkan tingkah laku yang berdasarkan etika atau ajaran agama khususnya agama Islam, dalam hal ini tidak begitu saja anak bisa melakukannya tanpa adanya bimbingan maupun contoh konkrit dari penglihatan kesehariannya tingkah laku atau perilaku pendidik orang tua maupun lingkungan sekitar, semua dapat mempengaruhi perilaku anak tersebut.
Ungkapan Dr. Abdullah Nashih Ulwan dalam bukunya Pendidikan Anak dalam Islam / Penerbit Pustaka Amani Jakarta pasal 11 tentang Tanggung Jawab Pendidikan Moral disebutkan bahwa yang dimaksud pendidikan moral adalah serangkaian prinsip dasar moral dan keutamaan sikap watak (tabiat) yang harus dimiliki dan dijadikan kebiasaan oleh anak sejak masa pemula hingga ia menjadi seorang mukalaf, yakni siap mengarungi lautan kehidupan.
Termasuk persoalan yang tidak diragukan lagi bahwa moral, sikap dan tabiat merupakan salah satu buah iman yang kuat dan pertumbuhan sikap keberagamaan seseorang yang benar.
Jika sejak masa kanak-kanaknya ia tumbuh dan berkembang dengan berpijak pada landasan iman kepada Allah dan terdidik untuk selalu takut, ingat, pasrah, meminta pertolongan dan berserah diri kepada-Nya, ia akan memiliki kemampuan dan bekal pengetahuan di dalam menerima setiap keutamaan dan kemuliaan, disamping terbiasa dengan sikap akhlak mulia. Sebab benteng pertahanan religius yang berakar pada hati sanubarinya, kebiasaan mengingat Allah yang telah dihayati dalam dirinya dan introspeksi diri yang telah menguasai seluruh pikiran dan perasaan. Telah memisahkan anak dari sifat-sifat jelek, kebiasaan-kebiasaan dosa, dan tradisi-tradisi jahiliyah yang rusak. Bahkan setiap kebaikan akan diterima menjadi salah satu kebiasaan dan kesenangan, dan kemuliaan akan menjadi akhlak dan sifat yang paling utama.
Ghandi tokoh pimpinan India, dalam buku yang berjudul pendidikan anak dalam Islam yang disusun oleh Prof. Abdullah Nashih Ulwan dan diterbitkan oleh Pustaka Armani Jakarta mengatakan, “Agama dan moral yang luhur adalah salah satu kesatuan yang tak terpisahkan. Agama adalah ruh moral, sedangkan moral merupakan cuaca bagi ruh itu. Dengan kata lain agama memberikan makan, menumbuhkan dan membangkitkan moral seperti halnya air memberikan makan dan menumbuhkan tanaman.”
Dan tidak ada yang menyangkal, bahwa anak akan tumbuh dengan iman yang benar, berhiaskan diri dengan etika islami, bahkan sampai pada puncak nilai-nilai spiritual yang tinggi, dan keribadian yang utama, jika ia hidup dengan dibekali dua factor: pendidikan islami yang utama dan lingkungan yang baik
Kaitannya dengan factor pendidikan yang islami, Rosulullah SAW telah menegaskannya dalam banyak hadits yang diantaranya ::
أَدِّبُوْا أَوْلاَدَكُمْ وَأَحْسِنُوْأَدَابَهُمْ (رواه ابن مزه)
“Didiklah anak-anak kalian dan didiklah mereka dengan budi pekerti yang baik” (HR. Ibnu Majah) dari buku (Pendidikan Anak Dalam Islam Oleh Abdullah Nashih Ulwan, 1999:277)
عَلِّمُوْا أَوْلاَدَكُمْ وَأَهْلِيْكُمُ الْخَيْرَوَأَدِِّبُوْهُمْ (رواه عبدالرزاق وسعيد بن منصور)
“Ajarilah anak-anak dan keluargamu kebaikan, dan didiklah mereka.” (HR.Abdur Razaq dan Sa’id bin Manshur) dari buku (Pendidikan Anak Dalam Islam Oleh Abdullah Nashih Ulwan, 1999:186)
مَانَحَلَ وَالِدٌ وَلَدًا أَفْضَلُ مِنْ أَدَبٍ حَسَنٍ (رواه الترمذي)
“Tidak ada pemberian yang lebih baik dari seorang ayah kepada anaknya daripada akhlak yang baik.” (HR.Tirmidzi) dari buku (Pendidikan Anak Dalam Islam Oleh Abdullah Nashih Ulwan, 1999:186)
Berdasarkan hadits di atas, dapat disimpulkan bahwa para pendidik, ayah, ibu dan guru mempunyai tanggung jawab yang sangat besar dalam mendidik anak-anak dengan kebaikan dan dasar-dasar moral.
Dalam bidang moral ini, tanggung jawab pendidik meliputi masalah perbaikan jiwa mereka atau dengan kata lain bertanggung jawab untuk mendidik anak-anak sejak kecil (di usia taman kanak-kanak) untuk berlaku benar, dapat dipercaya, istiqomah, mementingkan orang lain menolong teman yang membutuhkan bantuan, menghargai orang tua, menghormati tamu, berbuat baik kepada tetangga, mencintai orang lain, tidak berkata kotor dan tidak melakukan perbuatan tercela.
Sedangkan yang tertuang dalam Kurikulum 2004, standar kompetensi Taman Kanak-kanak dan Roudhatul Athfal Departemen Pendidikan Nasional Jakarta, yang perlu dicapai dalam hal pembentukan perilaku, moral dan nilai-nilai agama, sosial, emosional, dan kemandirian antara lain sebagai berikut
Dapat berdoa/menyanyi lagu keagamaan, mengenal agama dan ibadah, mengenal dan menyayangi ciptaan Tuhan, memiliki sopan santun, mulai tumbuh disiplin, bersikap/berperilaku saling hormat menghormati, bersikap ramah, tumbuhnya sikap kerja sama, mulai dapat menunjukkan rasa percaya diri dan kepedulian, dapat menjaga kebersihan dan mengurus dirinya sendiri, dapat menjaga lingkungan, mulai dapat menunjukkan emosi yang wajar dan mengendalikan tindakan dan perasaannya, tertib dan patuh pada peraturan, dapat menjaga keamanan diri sendiri dan mulai dapat bertanggung jawab.
Merupakan tanggung jawab besar bagi pendidik atas pendidikan anak, baik yang berkenaan dengan iman, moral, mental, jasmani maupun rohani di jaman modern ini, supaya tujuan utama untuk menciptakan nuansa agamis bisa tercapai diantaranya seorang pendidik harus pandai dalam menemukan rumusan-rumusan maupun metode yang tepat, salah satunya adalah Metode Keteladanan
Keteladanan merupakan metode yang berpengaruh dan terbukti paling berhasil dalam mempersiapkan dan membentuk aspek moral, spiritual, dan etos sosial anak. Mengingat pendidik adalah seorang figure terbaik dalam pandangan anak, yang tindak tanduk dan sopan santunnya, disadari atau tidak, akan ditiru oleh mereka. Bahkan bentuk perkataan, perbuatan dan tindak tanduknya, akan senantiasa tertanam dalam kepribadian anak.
Contoh :
Secara rutinitas, anak memperhatikan tindak tanduk kita sebagai pendidik yang selalu menebarkan senyum kasih sayang dan penuh perhatian juga selalu mengucapkan salam, anak pasti akan meniru tanpa disengaja dan ikhlas melakukannya
Seorang anak, Bagaimana pun besarnya usaha yang dipersiapkan untuk kebaikannya, Bagaimana pun sucinya fitrah, ia tidak akan mampu memenuhi prinsip-prinsip dan pokok-pokok pendidikan utama, selama ia tidak melihat sang pendidik sebagai teladan dari nilai-nilai moral yang tinggi. Adalah sesuatu yang sangat mudah bagi pendidik, yaitu mengajari anak dengan berbagai materi pendidikan, akan tetapi adalah sesuatu yang sangat sulit bagi anak untuk melaksanakannya ketika ia melihat orang yang memberikan pengarahan dan bimbingan kepadanya tidak mengamalkannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar